Pesona Ceuraceu

Pesona Ceuraceu

Pesona Ceuraceu

Aceh Barat Daya memiliki objek wisata air terjun tujuh tingkat nan eksotis. Lokasinya masih agak susah diakses. Matahari sedang beranjak naik, Selasa, 31 Januari 2017. Laju sepeda motor metik yang dikendarai Jurnal Aceh berhenti di bawah pohon rindang, tepat di samping bendungan aliran sungai Gampong Drien Berumbang. Desa ini terletak di Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya. Gemuruh air memenuhi indera pendengaran, diselingi kicauan burung, seakan menyambut kedatangan Jurnal Aceh dan Eki Priadi—seorang fotografer lanskap. Namun, lokasi pemberhentian ini masih jauh dari tujuan. Tempat yang kala dituju adalah air terjun bertingkat yang masih asri. Air terjun ini letaknya tersembunyi di balik selimut hutan negeri dengan julukan breuh padee sigupai itu. Oleh masyarakat setempat, lokasi wisata tersebut akrab disebut Ceuraceu. Jika diukur dari pusat kota Blangpidie, destinasi wisata ini berjarak sekira 14 kilometer. Menuju ke Ceuraceu tidak bisa menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Pengunjung harus memarkirkan kendaraanya di tempat yang telah ditentukan oleh warga gampong. Salah satunya seperti tempat parkir kendaraan kami. Agar dapat menikmati suguhan panorama alami hutan hujan tropis ini, pengunjung membutuhkan waktu sekira 45 menit, dengan cara berjalan kaki mengikuti aliran sungai berbatu. Sesekali, treknya agak menanjak. Kendati cukup menguras tenaga, perjalanan terasa mengasyikkan. Menoleh ke kiri dan kanan rute, hijau pepohonan membuat suasana adem. Sebelum tiba di Ceuraceu, ada beberapa lokasi wisata lain yang dapat ditemui, seperti Batee Saneuk, Tuwie Kereunda. Eki mengabadikan gambar dengan kamera Cannon miliknya dengan setting-an slow-speed. “Mantap hasilnya Lis,” ucapnya sembari memperlihatkan hasil jepretannya. Tak berlama-lama, kami langsung melanjutkan perjalanan. Tak banyak memotret, sebab baterai kamera tetap harus disimpan untuk mengabadikan tujuan utama. Keringat bercucuran, nafas ngos-ngosan terbayar lunas dengan keindahan alam yang ditawarkan Ceuraceu. Air terjun dengan ketinggian sekira 10 meter menyambut kami. Ceuraceu memiliki tujuh air terjun bertingkat. Jika sanggup mendaki, pengunjung dapat melihat panorama air terjun yang masih alami tersebut. Di tingkat tujuh, hawa terasa kian dingin. Air yang mengalir di Ceuraceu berasal dari sebuah mata air kecil. “Mata airnya itu hanya sebesar drum,” ujar Geuchik Drieun Berumbang, Marhaban. Lalu, kenapa diberi nama Ceuraceu? “Ada tempat mandi, air dan cuacanya juga sangat dingin, mungkin itu alasan kenapa diberinama Ceuraceu," ungkap Marhaban. Sepuluh tahun sebelumnya, kata Marhaban, ada larangan mengunjungi Ceuraceu bagi pasangan nonmuhrim. Larangan itu diberlakukan sebagai antisipasi warga agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan di tempat tersebut. "Tidak bisa dikontrol, karena jauh dari keramaian masyarakat," ujarnya. Kini, aturan itu sudah sedikit longgar. Ceuraceu dibuka untuk umum dan dikelola aparatur gampong. Ketika ada pengunjung laki-laki dan perempuan, mereka didampingi seorang warga gampong tersebut. “Kalau pemerintah membuat akses jalan yang bagus untuk wisata ini, tentu itu terobosan yang sangat bagus. Akan memudahkan masyarakat untuk mengontrol pengunjung,” pungkas Marhaban. Ceuraceu memang sangat cocok bagi penyuka travelling. Selain itu, bagi penyuka fotografi, lanskap Ceuraceu salah satu tempat indah yang menawarkan beragam objek untuk mengisi frame kamera. Tunggu apalagi, ayo ke Aceh Barat Daya. Penulis: Khalis Surry Editor: Mujahid Arrazi