Potret Sejarah Banda Aceh
Potret Sejarah Banda Aceh

Pemandangan simpang lima Banda Aceh di era 1980-an (gambar atas).
Foto di ambil dari jalan ke kuta Alam, masih kelihatan Restoran Solo, sebelumnya bernama restoran Calipso. Di samping kearah jalan T. Panglima Polem masih terlihat perumahan TNI Asrama Depo.Sekarang di kawasan tersebut telah dibangun pertokoan yang dibelakangnya terlihat bagian atas Hotel Sultan (gambar bawah)
Bank rakyat Indonesia BRI yang terletak di jalan Cut Meutia ditengah-tengah kota Banda Aceh, saat gempa dan tsunami Desember 2004 Gedung BRI ini mengalami kehancuran total Kini di tempat yang sama telah dibangun kembali gedung BRI baru dengan arsitektur yang lebih modern.
Dulu di depan Mesjid Raya Baiturrahman ada sebuah bangunan peninggalan Belanda, kelihatan sudut samping bangunan tersebut dari arah timur masuk kota Banda Aceh. kini ditempat tersebut dijadikan halaman mesjid dan taman kota.
Gedung tua dan besar ini terletak di jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah dekat jembatan Pante Pirak di depan kantor telkom. Dulu dipergunakan sebagai markas Mobrib (sekarang Brimob). yang kemudian dipergunakan untuk kantor Dolog dan tempat penyimpanan beras Dolog sekarang setelah bangunan tersebut dibongkar dijadikan hutan kota sebagai tempat penghijauan (gambar bawah ).
Di jalan Muhammad Jam tepatnya di depan Kandepag kota Banda Aceh, dulu ada dua pohon besar peninggalan zaman Belanda (gambar atas). kini kedua pohon tersebut telah ditebang untuk keperluan pembangunan kantor kandepag kota Banda Aceh yang baru gambar bawah).
Bangunan ini adalah bekas sekolah Cina bernama Chung Hwa yang terletak di jalan Syech Mohd Yamin Peunayong Banda Aceh. Setelah sekolah Chung Hwa ditutup, gedung ini dijadikan gedung SMP Negeri 4 Banda Aceh (gambar atas).
Bangunan Sabang Coy ini memiliki sejarah tersendiri. Bangunan yang terletak di jalan diponegoro (ditengah-tengah kota Banda Aceh) ini dahulu pernah dipakai oleh pemuda pejuang Aceh untuk dijadikan Markas staff resimen devisi rencong dan markas besar Angkatan perang devisi rencong daerah Aceh. Sebelum di bongkar, sabang coy merupakan tempat tinggal Bapak Zainun yang lebih akrab dengan panggilan Janggout (gambar atas). Di tempat bangunan bersejarah ini sekarang telah didirikan pertokoan berlantai tiga (gambar bawah).
Sebuah bangunan tua ditengah kota Banda Aceh yang berusia lebih 100 tahun dikenal sebagai bekas gedung percetakan Belanda "Atjeh Drukerij" (gambar atas). Setelah kemerdekaan gedung ini menjadi milik Percetakan Negara R.I Di gedung bersejarah ini dulu pernah di cetak "uang Rupiah"(ORIDA) Namun sayang sekali gedung ini bukannya dipugar, tapi malah ditambah dinding triplek di teras muka, sehingga bentuknya sekarang bagai sebuah bangsal (gambar bawah). Sebaiknya gedung tua yang memang langka di Banda Aceh dapat dirawat dengan pemugaran sebagai peninggalan masa lalu yang bernilai historis.
Suasana di ujung jalan diponegoro Banda Aceh sampai tahun 1970-an kedai - kedai (los) yang terbuat dari kayu merupakan bagian dari arena Pasar Aceh (gambar atas). kedai lama telah dibongkar dan di tempat yang sama telah dibangun pasar modern yaitu Pasar Aceh Shopping Centre (gambar bawah).
Sejak tahun 1930-an hingga akhir tahun 1960-an di dekat jembatan Pante pirak terdapat sebuah rumah Bapak Suntiram, Seorang kolektor benda-benda antik. Rumah tersebut sekaligus dijadikan toko souvenirnya yang diberi nama toko laksmi ,(seperti terlihat dalam foto di atas). Setelah Suntiram meninggal, anak-anak dan keluarganya pindah dari tempat ini. Maka bangunan mungil itu pun di bongkar. dan bekas rumah itu sekarang tidak kelihatan lagi, karena telah dibangun taman kota di ujung jembatan Pante Pirak.
Bangunan tua ini terletak di komplek stasiun kereta api. Sekarang bangunan tua tersebut sudah tidak ada lagi dan di tempat yang sama telah dibangun pusat perbelanjaan Barata.
Untuk menghubungkan kota Banda Aceh dengan pasar Peunayong ada tiga jembatan yaitu jembatan peunayong (keudah), jembatan Pante Pirak dan Jembatan Titi Baroe (jembatan Surabaya) yang terletak di Kota Banda Aceh. foto di atas memperlihatkan jembatan tua Titi Baroe yang kini jembatan tersebut telah dibangun dalam bentuk yang baru (jembatan surabaya)(foto bawah).
Sebuah rumah antik yang terbuat dari kayu yang terletak disimpang kampung keudah Banda Aceh. Sebelum tsunami rumah tersebut telah lebih dahulu dibongkar dan di tempat yang sama kini telah dibangun pertokoan. Padahal rumah yang punya nilai sejarah ini perlu diselamatkan, karena di rumah ini pernah tinggal seorang tokoh Belanda yang punya peranan penting masa penjajahan Belanda di Aceh, yaitu Cristian Snouk Hugronje. Snouk memilih rumah ini karena bisa selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh politik yang ditawan di penjara Keudah yang terletak di dekat rumah tersebut untuk memperoleh berbagai informasi dari narapidana yang ditawan di penjara keudah.
Rumah tua ini terletak di jalan Merduati (sekarang jalan K.H Ahmad Dahlan) kampung baru Banda aceh. Rumah ini dulunya milik seorang pengusaha terkenal di Banda Aceh, yaitu H. Lidan (gambar atas). Sekarang di bekas rumah ini telah dibangun pertokoan sebagai pusat perdagangan kota Banda Aceh. (gambar bawah).
Beberapa bangunan rumah semi permanen ini dulunya terletak di jalan Teuku Umar Setui Banda Aceh. Komplek perumahan ini dulu bernama kampung Sentosa. Tetapi karena perumahan ini dianggap sangat mengganggu situs kepurbakalaan Gunongan, akhirnya beberapa bangunan perumahan ini terpaksa harus dibongkar untuk dijadikan halaman dan taman komplek Gunongan.
Stadion bola kaki ini dulunya terletak di Blang Padang yang di pagar dengan seng. Pada saat pertandingan sebagian orang ada yang menaiki besi pintu gerbang. untuk menonton saat pertandingan bola kaki (gambar atas). sekarang di bekas stadion bola kaki itu telah dibangun monumen pesawat Seulawah RI-1 (gambar bawah). Sedangkan stadionnya dipindahkan ke lampineung yang di beri nama stadion H. Dimurtala.
Makam Pahlawan Nasional T.Nyak Arief tokoh Aceh yang lahir 1899. ketika masih masa-masa menjelang penyerahan kedaulatan R.I, beliau meninggal dunia di Takengon tahun 1946. jasadnya dimakamkan di desanya Lamreung kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar 7 km sebelah timur Banda Aceh (gambar atas). Di kemudian hari T.Nyak Arief diangkat sebagai pahlawan Nasional. Sampai tahun 1990 makam T.Nyak Arief dan keluarga masih seperti yang aslinya. Setelah 45
tahun makam tersebut kurang terawat, maka pada tahun 1991 diresmikan pemugaran makam tersebut yang berbentuk tradisional Aceh yang terletak di tepi krueng Lamnyong (gambar bawah).
Dahulu gedung Teuku Umar yang lebih popular disebut BTU ini pada masa Belanda merupakan tempat pertunjukan dan pertemuan yang disebut Taman Pelipur. Setelah Belanda angkat kaki, gedung ini masih juga dipakai sebagai tempat pertunjukan, pertemuan, cafetaria dan disudut sebelah timur digunakan sebagai kantor PWI Aceh (gambar atas). kini gedung BTU tersebut sudah lama dibongkar dan telah diganti dengan ruko (rumah toko) yang megah berlantai tiga yang terletak di jalan Diponegoro Banda Aceh (gambar bawah).
Taman Sari kota Banda Aceh dilihat dari pintu gerbang jalan Sultan Iskandar Muda. Dahulu ada dua tembok empat segi sebagai tanda pintu gerbang masuk ke Taman Sari ini (gambar atas), tapi sekarang pintu masuk gerbang tersebut telah diganti dengan bentuk pintu gerbang yang baru (gambar bawah).
Komplek Stasiun kereta api yang terletak ditengah-tengah kota Banda Aceh dekat dengan perumahan penduduk (gambar atas). Setelah kereta api tidak lagi beroperasi di Aceh, bekas stasiun dibongkar dan dijadikan halaman Mesjid Raya Baiturrahman serta jalan umum (gambar bawah).
Dahulu di kota Banda Aceh terdapat tiga gedung bioskop terkenal, yaitu Bioskop Rex, Bioskop Thung Fang dan Bioskop Garuda. Bioskop Rex dan Thung Fang keduanya terletak di pasar Peunayong, sedangkan Bioskop Garuda terletak di jalan Imam Bonjol Banda Aceh. Gambar atas adalah bioskop Thung Fang yang kemudian dibalik nama menjadi Bioskop Merpati dan sekarang dibekas Bioskop Merpati ini sudah dibangun pertokoan(gambar bawah).
Tempat keluar masuknya kereta api yang stasiunnya dibangun pada zaman Belanda, dapat dilihat rel-rel dan deponya yang masih difungsikan (gambar atas). Setelah kereta api tidak beroperasi lagi, rel-rel dan depo dibongkar dan dijadikan jalan umum dan dibekas depo kini telah berdiri sebuah shopping yang bernama Barata (gambar bawah).
Bangunan tua ini dulunya terletak di ujung jembatan Peunayong bersebelahan dengan bangunan Pasar Ikan di Banda Aceh (gambar atas). kini bangunan tersebut telah dibongkar dan digantikan dengan bangunan baru berlantai tiga yang difungsikan sebagai tempat penjualan ikan kering dan sayur-sayuran terlengkap di ibukota Aceh (gambar bawah).
Foto di atas ini dijepret dari depan rumah Dr. Midi atau dari depan BTU. kelihatan bangunan sabang Coy (menyamping) dan bangunan toko Sinbun Sibreh lama di depan Mesjid Raya Baiturrahman. kini (foto bawah) ditempat Sinbun Sibreh lama telah menjadi halaman Mesjid Raya.
Dulu Mapolres Aceh Besar terletak di persimpangan jalan Diponegoro kota Banda Aceh, saat itu belum dibangun Polres di Simpang Jambo Tape Banda Aceh (gambar atas). Sekarang di lokasi bekas Mapolres Aceh Besar itu sudah berdiri bangunan gedung Bank Dagang Nasional Indonesia dan Gedung Bank Mandiri (gambar bawah).
Rumah panggung ini milik Bapak Syamsuar terletak di jalan Tgk. Chik Ditiro simpang Surabaya (gambar atas) sekarang dibekas rumah itu telah dibangun toko tiga lantai sederet Salon Nila (gambar bawah)
Baliho besar ini dipancang di depan Mesjid Raya Baiturrahman, tepatnya di muka toko Sinbun lama dan toko CV.Banna Coy, sebagai baliho peringatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke II tahun 1972 (gambar atas). sekarang dibekas bangunan toko-toko tempat terpasangnya baliho ini telah menjadi halaman Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini.
Bangunan hotel Aceh dilihat dari samping kanan bangunan tersebut (gambar atas). Gambar dibawahnya adalah pacang-pacang bangunan sebagai tanda akan dibangunnya kembali Hotel Aceh yang hingga kini tidak jelas kelanjutan pembangunannya.
Bangunan tua yang terbuat dari kayu ini terletak di ujung jembatan Peunayong dekat pasar ikan. Seperti terlihat dalam foto ini yang dijepret dari arah jalan WR. Supratman (foto atas) dan dibekas bangunan tersebut sekarang telah berdiri bangunan permanen (foto bawah).
ini adalah deretan pertokoan di depan Mesjid Raya Baiturrahman yang kini telah dibongkar ketika perluasan halaman Mesjid. Foto ini memperlihatkan beberapa toko yang telah dibongkar, diantaranya Toko Guliga, toko bangunan koperasi dan Apotek Panca Farma (gambar atas) sedangkan gambar bawah memperlihatkan tugu daerah modal dan taman kota yang dibangun dibekas pertokoan yang telah dibongkar itu.
Salah satu studio foto yang ada di Banda Aceh adalah studio foto Prinsen yang terletak di jalan T.Panglima Polem (gambatr atas). Studio foto tersebut kini telah dibongkar dan di tempat itu telah dibangun ruko berlantai tiga seperti yang terlihat dalam foto bawah.
Tangsi atau asrama Depo Perumahan TNI AD yang terletak di jalan T.Panglima Polem dan jalan Ratu Syafiatuddin (gambar atas). Asrama dalam bentuk rumah panggung yang tergolong antik ini telah dibongkar dan diganti dengan bangunan pertokoan dan hotel Sultan (gambar bawah).
Kuburan Sultan Iskandar Muda yang disembunyikan oleh Pemerintah Belanda di bawah bangunan kantor PU sebelah Pendopo Gubernur Aceh atau tepatnya di komplek perkuburan kerajaan yang dekat dengan komplek Baperis Banda Aceh ini, akhirnya tahun 1960-an makam Sultan Iskandar Muda ini ditemukan kembali dan dipasang batu nisannya oleh Tuanku Muhammad dalam sebuah upacara kebesaran (gambar atas). Kini kuburan Sultan Aceh yang sangat terkenal pada abad ke-16 ini telah dibangun kembali dalam bentuk yang lebih sempurna (gambar bawah).
Bangunan terbuka buatan Belanda ini dulunya difungsikan sebagai tempat menampung barang stasiun kereta api (gambar atas). Kemudian bangunan ini dibongkar untuk perluasan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan tepat di tempat bangunan terbuka itu sekarang telah dibangun tugu Daerah Modal dan jalan di depan mesjid (gambar bawah).
Stasiun kereta api Banda Aceh dilihat dari jalan perdagangan atau dari depan toko Sinbun Sibreh lama (gambar atas). Gambar di bawahnya memperlihatkan bekas stasiun kereta api tersebut kini telah dijadikan halaman Mesjid Raya Baiturrahman yang kini juga telah dibangun jalan dan taman.
Taman Sari sekitar tahun 1970-an sebelum dibangun Tower PDAM (gambar atas). Pada saat terjadinya tsunami Taman Sari ini mengalami kerusakan yang luar biasa, sehingga setelah tsunami Taman Sari ini dibangun kembali dengan penimbunan yang hampir rata dengan jalan Balai Kota dan kini di dalam Taman Sari tersebut telah dibangun sebuah bangunan tempat pertemuan dan tempat bermain anak-anak yang sangat ramai dikunjungi masyarakat umum pada setiap sore hari (gambar bawah).
Rumah musik yang bentuknya bulat (bundar) yang terdapat di Taman Sari ini dibangun pada zaman Belanda (gambar atas). Saat terjadinya tsunami bangunan ini rusak. Sebetulnya rumah musik yang antik ini tidak perlu dibongkar karena masih bisa direnovasi. Sekarang di tempat tersebut telah dibangun sebuah bangunan tempat pertemuan dan tempat bermain anak-anak (gambar bawah).
Sebuah Gereja Protestan Indonesia bagian barat ini dulunya terletak di jalan Japakeh (sekarang jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah). Gereja ini dibangun pada zaman Belanda dari bahan bangunan kayu (gambar atas). Kemudian Gereja tersebut dibongkar dan dipindahkan ke jalan Pocut Baren Peunayong. Kini bekas bangunan Gereja tersebut telah dijadikan Taman Kota (gambar bawah).
Di ujung jalan Diponegoro arah ke Jembatan Pante Pirak dulu ada sebuah gedung yang sangat terkenal di kota Banda Aceh, di awal-awal kemerdekaan gedung ini dinamakan "Balai Prajurit", setelah itu gedung tersebut lebih dikenal dengan nama Balai Teuku Umar (BTU). Sebelum kemerdekaan gedung ini digunakan oleh Belanda sebagai Gedung "Taman Persahabatan" (societiet), tapi orang pribumi saat itu menyebutnya sebagai "kamar bola" atau "Taman Pelipur" yaitu sebagai tempat santai orang-orang militer dan sipil Belanda (gambar atas). Sedangkan gambar bawah adalah pertokoan Sinbun Sibreh yang dibangun di atas tanah bangunan Balai Teuku Umar.
Rumah panggung dua pintu ini terletak di samping Hotel Aceh di persimpangan jalan Mesjid Raya Baiturrahman dan jalan Muhammad Jam. Dulu rumah ini Tgk. H. Abduh Syam yang di sebelahnya terdapat kantor PHI (Perjalanan Haji Indonesia) Provinsi Aceh (gambar atas). Sekarang di tempat tersebut telah dibangun pertokoan mewah berlantai tiga (gambar bawah).
Suasana sekitar bangunan lama di jalan Muhammad Jam Banda Aceh yang masih terbuat dari kayu dan sebuah gerobak sapi tampak sedang melintasi jalan Muhammad Jam ini. Pemandangan ini masih terlihat hingga penghujung tahun 1980 (gambar atas). sekarang jalan yang diberi nama seorang tokoh pendidikan di Aceh ini sudah jauh berubah di sepanjang jalan Muhammad jam ini sekarang telah berdiri toko bertingkat yang dilalui oleh mobil sedan dan kendaraan roda dua lainnya (gambar bawah).
Hotel Aceh yang dulunya terletak berdampingan sebelah selatan Mesjid Raya Baiturrahman ini memiliki nilai sejarah yang sangat berarti bagi rakyat Aceh dan bangsa Indonesia pada umumnya (gambar atas). Karena di hotel inilah Presiden Soekarno dahulu pernah menangis meminta rakyat Aceh untuk menyumbangkan sebuah pesawat terbang sebagai modal bagi negara Republik Indonesia yang ketika itu baru merdeka dan di hotel ini pula rakyat Aceh menyatakan kesanggupannya untuk menyumbangkan dua unit pesawat terbang kepada republik Indonesia yang kemudian sumbangan pesawat tersebut diberi nama Seulawah 01 dan Seulawah 02 sebagai cikal bakal lahirnya perusahaan penerbangan Garuda Indonesia. Gambar di bawah adalah miniatur rencana pembangunan kembali hotel Aceh yang hingga tahun 2008 belum ada tanda-tanda hotel ini akan dibangun kembali.
Taman Sari di kota Banda Aceh ini di awal tahun 1970-an masih belum terlihat bangunan di dalam area tersebut, kecuali sebuah rumah musik dan tugu proklamasi, sehingga taman ini saat itu terlihat masih alami sekali (gambar atas). Kemudian pada awal tahun 1990-an dalam Taman sari ini dibangun sebuah cafe bernama "Rindang". Setelah tsunami Taman Sari ini kembali dipugar dan dijadikan sebagai pusat taman bermain anak-anak di kota Banda Aceh(gambar bawah). Bahkan sebuah tower yang dibangun oleh PDAM Tirta Daroy pada akhir tahun 1970-an di ujung utara Taman Sari sekarang telah dirobohkan karena selain tower itu tidak berfungsi sejak dibangun juga
telah mengalami keretakan pada saat gempa berskala 8,9R yang disusul tsunami pada tahun 2004 lalu.
Gedung BAPERIS (Badan Persatuan Rumpun Iskandar Muda) sekarang disebut gedung JUANG yang letaknya berdekatan dengan Makam Sultan Iskandar Muda di samping pendopo Gubernur Aceh. Gedung bersejarah ini sekarang dipakai sebagai kantor markas Daerah Ligiun Veteran, kantor Dewan Harian Daerah Angkatan 45, kantor Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Purnawirawan serta Warakawuri TNI dan Polri Aceh. Di gedung inilah dulu sekitar tahun 1960-an pernah diadakan upacara adat kebesaran pada saat peletakan batu nisan Sultan Iskandar muda.
Hotel Aceh sebagai peninggalan yang sangat bersejarah dilihat dari samping kiri di persimpangan jalan Tgk. Haji Abdullah Ujung Rimba dan jalan Muhammad Jam. Setelah dibongkar sampai sekarang belum dibangun kembali.
Rumah yang sangat antik ini adalah peninggalan zaman Belanda yang terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh yang juga pernah menjadi tempat kediaman seorang mualaf bernama Yu Tin. Sekarang rumah tersebut telah berganti pemiliknya, namun keaslian rumah tersebut tetap terjaga dengan baik.
Rumah panggung yang terbuat dari bahan kayu ini merupakan salah satu peninggalan zaman Belanda yang masih terawat dengan baik, rumah ini terletak di jalan Jenderal Sudirman, sekarang jalan Prof. A. madjid Ibrahim, dekat Blang Padang Banda Aceh. Saat tsunami menerjang kota Banda Aceh akhir 2004 lalu, rumah ini tetap berdiri kokoh meskipun disekelilingnya telah hancur. Sekitar tahun 1950-an di rumah ini pernah tinggal Bapak Chatib Kepala Perusahaan Kereta Api Aceh. kini tempat tersebut telah dijadikan tempat kediaman Pangdam Iskandar Muda.
Rumah panggung ini milik T.Nyak Arief seorang Pahlawan Nasional asal Aceh yang terletak di Lamnyong Banda Aceh. Sekarang rumah tersebut dipergunakan sebagai kantor Yayasan Pendidikan Islam T.Nyak Arief.
Dahulu di depan Percetakan Negara Banda Aceh terdapat stasiun bus PMAB (persatuan Motor Aceh Besar) yang letaknya tak jauh dari rel kereta api. Di tempat itu juga terdapat sebuah SPBU (pom bensin) milik Pertamina (gambar atas). Sekarang tempat tersebut telah dijadikan taman kota Banda Aceh (gambar bawah).
Di Ulee Lheu Banda Aceh dulu ada sebuah rumah besar sebagai tempat tinggal para ningrat Aceh yang di sebut "istana Ulee Balang" milik Teuku Nek Meuraxa. Rumah antik ini masih dapat di lihat sampai tahun 1987 (gambar atas). Memasuki tahun 1988 rumah ini dibongkar atas kesepakatan kaum keluarganya lalu dibentuk suatu yayasan yang kemudian dijadikan rumah sakit Swasta yang diberi nama Rumah sakit Meuraxa (gambar bawah). Saat tsunami rumah sakit ini mengalami kehancuran, yang tinggal hanya kepingan yang sekarang sudah dijadikan kuburan massal korban tsunami. Terlihat rumah sakit umum Meuraxa sebelum tsunami.
Dulu di simpang Surabaya Banda Aceh terdapat sebuah gedung PHR (Panggung Hiburan Rakyat) yang terletak di jalan Tgk. Chik Ditiro Desa Sukadamai (gambar atas). Sekarang dibekas gedung PHR ini telah dibangun ruko (gambar bawah)
Dahulu di jalan yang diberi nama jalan Khairil Anwar Peunayong Banda Aceh terdapat sebuah gedung Sekolah dasar yang dulu disebut sekolah rakyat (SR) dan di depan sekolah rakyat ini ada dua penginapan masing-masing losmen Palembang dan Losmen Chadijah (gambar atas). Tahun 1990 salah satu losmen di depan gedung SD yang sudah dibongkar itu telah berdiri sebuah hotel berbintang Cakra Donya (gambar bawah)
Komplek perumahan Tgk. H. Abduh Syam dan sebuah bangunan kecil yang kemudian digunakan sebagai tempat usaha dobi ini dulunya terletak dijalan Muhammad Jam (gambar atas). Sekarang dibekas perumahan ini telah dibangun pertokoan dan Panin Bank (gambar bawah).
Hotel Kiyah ini dulunya terletak di jalan Merduati (sekarang jalan tentara Pelajar) Banda Aceh, letak hotel ini dulunya tepat di persimpangan kampung keudah (gambar atas). Sekarang dibekas Hotel Kiyah ini telah dibangun pertokoan berlantai tiga (gambar bawah).
ini adalah sebuah gedung tua dilihat dari halaman Hotel Aceh yang berhadapan dengan Mesjid Raya Baiturrahman. Gedung ini (gambar atas) semula adalah milik perusahaan dagang Belanda yang dinamakan Gedung Aceh Handel. Setelah perang dunia II gedung ini diberi nama Borsumij Wehri oleh perusahaan asing tersebut, yang kemudian dijadikan kantor Aceh Development Board dan akhirnya menjadi Bappeda. Pada saat perluasan halaman Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, gedung tua tersebut dibongkar dan tempat itu sekarang telah menjadi bagian dari komplek Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh (gambar bawah).
Sebuah kebun di Simpang Surabaya Banda Aceh yang dulunya ditumbuhi pohon kelapa dan pohon mangga (gambar atas) sejak tahun 1975 kebun tersebut telah dibangun rumah milik H.Harun Keuchik Leumiek yang sekarang selain difungsikan sebagai tempat tinggalnya, rumah ini juga sekaligus dijadikan sebagai Museum pribadi yang menyimpan budaya - budaya Aceh (gamabar bawah).
Di jalan Pante Pirak dulu ada beberapa bangunan milik kesdam, setelah bangunan tersebut dibongkar kemudian didirikan beberapa warung sate dan bengkel (gambar atas). Sekarang di tempat itu telah dibangun pusat perbelanjaan (mall) Pante Pirak (gambar bawah).