Sammy Joe

Sammy Joe

Sammy Joe

Sammy Joe, dalam akte kelahirannya tertulis Samijo, mengenakan kemejanya (buatan Italia), celana jinsnya (buatan Meksiko), dan dasinya (buatan Singapura). Ia orang Jawa tulen (asal purwokerto), lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung (yang banyak mahasiswa Sundanya) dan Royal Melbourne Institute of Technology (Australia). Ia lalu menelepon seorang sejawat kantornya (orang Filipina) dengan HP-nya (buatan Finlandia) untuk memastikan pukul berapa ia akan menerima tamu asing (asal Afrika Selatan) di biro iklan tempat mereka bekerja (perusahaan patungan dengan Amerika).

Kemudian ia akan menjamunya makan siang di sebuah restoran hotel berbintang lima yang menyajikan masakan Indonesia dan juga masakan international (Cina, Jepang, dan Eropa). Sebenarnya Sammy Joe masih capek. Tadi malam ia baru tiba dari luar negeri (Perancis untuk menyajikan sebuah proposal dan singgah di Arab Saudi untuk menunaikan umrah). Ia melirik ke jam tangannya (buatan Swiss). karena masih ada waktu , Sammy Joe menikmati sarapan paginya (nasi goreng yang berasnya diimpor dari Thailand). lalu ia menyeruput kopi (impor dari Brasil) yang dicampur krim (buatan New Zealand) dalam sebuah cangkir (buatan Rusia).

Setelah itu ia meninggalkan rumahnya (bergaya Mediterania) di sebuah kompleks perumahan kelas menengah yang multietnik di Jakarta (tetangga sebelah kirinya asal Kanada, sebelah kanannya asal Makassar, dan di seberang jalan keluarga Tionghoa). Seraya mengenakan sepatunya (buatan Inggris), Sammy Joe berpesan kepada pembantunya (orang Betawi asli), untuk memasak soto ayam (khas bandung) kesukaannya dan kesukaan istrinya (orang Minangkabau yang kini tengah menjenguk orang tuanya yang bekerja sebagai diplomat di Maroko).Eksekutif kita juga meminta pembantunya untuk memasak gudeg (khas Yogya), menggoreng dendeng sapi (yang tempo hari dibawakan teman lamanya asal Aceh), plus kerupuk udang (buatan Cirebon). Lalu setelah mematikan pesawat TV-nya (buatan Jepang), Samijo, eh Sammy Joe, memasukkan kalkulator kecilnya (buatan Korea) ke dalam tas kantornya (buatan India), menyambar sajadah (buatan Turki) yang baru dibelinya di Mekkah, dan mengendarai mobilnya (buatan Jerman), menuju kantornya.

Source : Komunikasi Efektif – Prof. Dr. Dedy Mulyana, M.A.

Tanpa harus meninggalkan negeri sendiri, fenomena komunikasi antarbudaya tersebut tampaknya akan kita alami setiap saat seperti contoh cerita di atas, baik kita sengaja ataupun tidak. Berbeda budaya itu tidak selalu berarti berbeda negara.Perkenalan mahasiswa Aceh dengan mahasiswa Jawa, konsultasi seorang pasien dengan dokternya, hubungan sepasang kekasih dan perdebatan seorang Ayah dengan putrinya yang remaja mengenai gaya hidup masa kini, merupakan komunikasi antara orang-orang berbeda budaya.

Ada 3 tipe orang, Mereka yang membeli budaya, Mereka yang menciptakan budaya dan Mereka yang tidak peduli sama sekali dengan budaya, bergeraklah diantara orang pertama dan kedua.

Karim Rashid